Minggu, 25 Desember 2011

Tentang Bingkai Diri (AKU)

"Sulitnya berkata - kata tentang diri, dalam hati berusaha rendah diri namun cerminan muka tak juga demikian. Terlalu mudah berkata kebaikan diri, namun susah muka menerima kebalikannya." 

Aku adalah makna dari tepian - tepian kemunafikan, yang lalu lalang tak berujung, susah dikendalikan. Aku yang merupakan titik - titik kecil tak berbaris, tak beraturan, namun memiliki rasa angkuh melebihi pencipta warna - warna kehidupan. Aku yang kemudian berakal pikir namun sering melupakan kemanusiawian dan adab. Aku yang memiliki sepasang tangan, lebih banyak menolak menjulurkan kepada sesama dan alam (bumi), hanya menggengam rapat, memasukkan jemari ke dalam saku. Aku dengan langkah kakiku terus berbelok - belok tak menyentuh jalan yang lurus. Seakan tlah menjadi bingkai diri yg terpatri oleh rasa lupa terhadapNya, begitu mudah berucap kata, kata - kata obralan penebus dosa dan khilaf dalam doa. Itu semua sesaat tak pernah menusuk duri hingga ke relung rusuk! Bingkai diri ini bukan atas kehendakNya. bukan juga atas takdirNya, tapi bingkai diri ini merupakan pilihan atas ketidakikhlasan diri berbagi dan keegoisan untuk menguasai (sendiri).